Belajar desain dan konstruksi pesawat lebih secara otodidak, di tengah semangatnya menciptakan helikopter di dalam negeri, ia kehilangan sebelah lengannya akibat kecelakaan. Bukannya berkurang, semangatnya untuk membangun lebih banyak lagi helikopter malah makin membara. Wajar kalau pria kelahiran 10 April 1916 di Purworejo ini dijuluki Urang Gelo (Orang Gila) oleh orang-orang di sektiarnya di Bandung.
Namanya Yum Soemarsono. Tahun 1948 ia telah membangun sebuah helikopter yang ditenagai oleh mesin motor BMW. Kapasitas mesinnya kala itu cuma sekitar 500cc yang menghasilkan 24 tenaga kuda. Dalam hitungan Yum, helikopter RI-H itu mampu terbang 50 km per jam dengan kecepatan naik 1,5 m per detik.
Jika dilihat, RI-H memang sama dengan helikopter-helikopter lain yang dikembangkan di AS dan Eropa. Namun, di tahun 1948 Yum sudah menanam rotor stabilizer untuk helinya itu. Padahal saat itu rotor stabilizer baru sebatas desain awal. Tahun 1950-an bahkan teknologi itu baru diuji coba.
“Oh, pentolan itu, saya ngarang saja,” ujar Yum santai saat ditemui Angkasa di tahun 1990-an. Yum mengaku, ia tak sengaja menemukan sebuah gambar aneh di majalah Popular Science edisi tahun 1939 yang ia beli di tukang loak. Tidak ada keterangan apapun di situ, sehingga Yum menerka apa sebenarnya benda asing itu.
Nyatanya, insting Yum tak salah. Di kemudian hari Leonard Parish, instruktur Hiller Helicopter, tercengang saat melihat helikopter kedua yang Yum bangun di tahun 1954.
Sayang, pesawat pertamanya itu dianggap berbahaya oleh Belanda. RI-H yang belum sempat terbang dipereteli dan disembunyikan di semak belukar agar tidak diketahui pesawat-pesawat pemburu milik Belanda. Apa daya, pesawat Kitty Hawk menjejak keberadaan helikopter Indonesia pertama itu. Tak ayal helikopter itu dihabisi.
Seperti yang diceritakan oleh wartawan senior Angkasa Dudi Sudibyo dalam buku seri Kisah Hebat di Udara 2, keahlian Yum yang sempat bekerja di Artellerie Constructie Winkel, sebuah bengkel militer di Surabaya, didengar oleh KSAU pertama Suryadarma. Suryadarma langsung memilih Yum menjadi ahli konstruksi Auri. Saat itulah Yum bersama kawannya Soeharto dan Hatmodjo, atau yang kemudian dikenal dengan sebutan YSH, bekerja sama membuat sebuah helikopter lagi.
Helikopter kedua yang diberi nama YSH itu sempat diuji coba di lapangan terbang Sekip, Yogyakarta dan berhasil melayang 10 cm di atas tanah. Sayang, saat dibawa dengan truk dari Yogyakarta ke Kalijati, Subang, YSH terkena kawat listrik. Benturan ini menjatuhkan YSH dari atas truk hingga rotornya bengkok. YSH pun tak bisa dilanjutkan.
Sejatinya YSH akan dibangun kembali di bengkel induk 90 Angkatan Darat. Namun Karno Barkah, kawan seperjuangan Yum mengusulkan untuk merombak YSH menjadi sebuah heli yang lebih besar. Dari sinilah lahir Soemarkopter.
Parish yang dikirim Hiller Helicopter ke Indonesia untuk melatih orang Indonesia menerbangkan dan merawat helikopter Hiller yang baru dibeli Indonesia. Begitu tiba di Bengkel Induk (BI) 90, Parish malah tercengang dengan apa yang ia lihat. “God damn Soem, This is a real chopper!” katanya tak percaya.
Ia berusaha meyakinkan dirinya dengan helikopter ini. Tidak terbayangkan dibenak Parish bahwa bangsa yang saat itu masih dianggap terbelakang ini bisa menciptakan sebuah
Parish pun tak kuat menahan hasrat untuk mencoba menerbangkan helikopter ini. Tepat tanggal 10 April 1954, Soemarkopter lepas landas untuk pertama kalinya, walau hanya satu kaki dari tanah. Sayang Soemarkopter hilang tak berbekas saat Yum pulang dari sekolah pilot helikopter di AS.
Sampai helikopter ketiga ini bahkan Yum belum bisa mene
rbangkan helikopter. Baru di selepas berhasil membangun Soemarkopter ia pergi ke AS untuk belajar menerbangkan heli. Sepanjang karirnya di dunia penerbangan heli, Yum telah memegang lisensi helikopter Hiller, Bell, Sirkosky, dan heli Rusia Mi-4. Tidak cuma lisensi penerbang, Yum juga tercatat memegang lisensi teknisi di heli itu.
Puncak karir Yum adalah saat ia didapuk menjadi pilot helikopter kepresidenan pada era Soekarno. Saat itu, ialah yang menerbangkan helikopter kepresidenan pertama Indonesia, Hiller. Yum sendiri wafat di Bandung tanggal 11 Maret 1999 di usia 83 tahun.
Sumber : angkasa.co.id
Silahkan di share
Komentar
Posting Komentar